Komunikasi Terjalin, Maka Pintu Penerimaanpun Terbuka dengan Sendirinya

Membangun komunikasi dengan masyarakat memang bukan perkara yang mudah, tetapi juga bukan perkara yang sulit. Bisa dibilang susah-susah gampang. Ada beberapa orang mengatakan bahwa “kita tidak akan kesulitan untuk melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat, asalkan masyarakat sudah bisa menerima keberadaan mereka di tengah-tengah mereka. Maka  agar masyarakat mau menerima kita kuncinya adalah ketika kita mampu membangun komunikasi dengan baik terhadap mereka”. 

Barangkali pernyataan tersebut ada benarnya. Ketika kita mampu berkomunikasi dengan baik dan mereka menangkan dan paham dengan apa yang kita sampaikan kepada mereka, disitulah pintu penerimaan kita terbuka. Harap saya hal itu adalah benar adanya. Pasalnya, beberapa hari yang lalu saat saya pertama kali mendatangi beberapa tokoh masyarakat Dusun Sukorejo, Desa Duyungan, Kabupaten Sragen, respon yang kami tangkap dari mereka masih sangat beragam bahkan terkesan curiga atau kurang bisa menerima.

Akan tetapi setelah upaya koordinasi kami lakukan dengan pihak PT. JAPFA COMFEED Unit Sragen untuk mengkonfirmasi serta memastikan beberapa hal terkait dengan respon masyarakat, serta upaya pemberian pemahaman kepada tokohternyata ada hal yang berbeda saya dapatkan. Hari Selasa, 20 Februari 2018 saya dan salah satu teman divisi program (Jarot) melakukan koordinasi dengan pihak JAPFA yang kemudian kita lanjutkan dengan koordinasi ke beberapa tokoh untuk meminta masukan terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam minggu-minggu ini. Hasilnya ternyata mereka menyambut dengan baik dan sangat kooperatif dengan maksud dan tujuan kami. Dengan cekatan mereka memberikan masukan terkait waktu, tempat serta siapa-siapa saja yang akan dilibatkan.

Hal inilah yang bagi kami menjadi pintu bagi kami untuk bisa diterima oleh masyarakat Dusun Sukorejo, Desa Duyungan, Sragen ke depannya. Sehingga dalam menjalankan program pengelolaan sampah dan pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Dusun ini disambut baik dan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari seluruh masyarakat Sukorejo.

 

Solo, 21022018

~Osh~

 

 

Tak Paham, Maka Tak Support.

Pemahaman individu mengenai sesuatu hal menjadi tolak ukur yang cukup penting dalam memberikan tanggapan mengenai sebuah persoalan. Baik persoalan positif maupun persoalan negatif. Selanjutnya yang tak kalah penting lagi adalah pengetahuan si individu mengenai sesuatu hal itupun juga cukup berpengaruh terhadap bagaimana dia akan memberikan tanggapan.

Pasalnya, ketika saya dan salah satu teman datang ke sebuah Dusun untuk berkenalan dan mencoba menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami, salah satu tokoh yang kami temui langsung meresponnya dengan kontroversial. Belum juga kami selesai menjelaskan, yang bersangkutan langsung menyampaiakan kontradiksinya tentang program yang akan coba kami kembangkan di dusun tersebut.

Pada hari Rabu, 14 Februari 2018 saya bersama dengan satu orang teman datang ke Dusun yang rencananya akan kami jadikan sebagai wilayah kami berprogram. Kami datang untuk menemui beberapa tokoh masyarakat yang berdasarkan rekomendasi, mereka ini cukup memiliki peranan penting terhadap dinamika masyarakat dusun tersebut. Setelah kami memperkenalkan diri secara singkat, maka kami mencoba menyampaikan sedikit tentang program yang akan kami kembangkan bersama dengan CSR Perusahaan yang ada di wilayah Dusun tersebut.

Ketika bicara mengenai sampah dan upaya penanganannya, memang menjadi bahan diskusi bahkan debat yang cukup hangat terutama bagi masyarakat yang memiliki kebiasaan membuang sampah sekedarnya. Berbagai respon atau tanggapan pun akan bermunculan pastinya. Sebagaimana yang kami alami rabu siang itu, dimana kebetulan program yang kami bawa ke dusun tersebut adalah terkait pengelolaan lingkungan khususnya adalah pengelolaan sampah. Dari lima orang tokoh yang kami temui ternyata, responnya pun berbeda.

Ada yang mendukung secara penuh, karena persoalan sampah ini memang penting untuk ditangani. Kemudian ada juga yang mendukung rencana pengembangan program tersebut karena berharap akan mendapatkan manfaat materiil dari pengelolaan sampah itu nantinya. Ada juga yang mendukung-mendukung saja selama itu tidak menimbulkan masalah di keluarga, serta ada pula yang kurang setuju dengan program pengelolaan sampah itu karena menganggap itu bukan perkara yang mudah dan merepotkan.

Menanggapi berbagai respon tersebut tentunya penting bagi seorang pendamping untuk kemudian mampu mengelolanya agar dukungan yang kita harapkan dari masyarakat bisa kita dapatkan secara bulat. Maka upaya yang kami lakukan adalah mencoba memberikan pemahaman yang cukup menggambarkan keutuhan program pengelolaan sampah bagi lingkungan Dusun tersebut. Dengan begitu maka bisa jadi gambaran ketakutan mereka atau asumsi mereka mengenai teknik pengelolaan sampah itu akan bisa terpatahkan. Ternyata benar adanya, bahwasannya ketika saya jelaskan kepada tokoh yang kontra tersebut, akhirnya beliau bisa menerima gambaran rencana program ini nanti akan dijalankan di Dusun tersebut.

Maka barangkali ungkapan “Tak paham, maka tak support” adalah ungkapan yang pas untuk proses pengenalan yang kemarin kami lakukan di Dusun Sukorejo, Kabupaten Sragen itu.

Solo, 21022018

~Osh~